selamat datang ^^

surabaya, east java, Indonesia

Sabtu, 22 Juni 2013

muskuloskeletal studi kasus fraktur

Latihan berfikir kritis berdasarkan kasus.

1.      Identifikasi sebab-sebab terjadinya fraktur dan patofisiologinya?
Cedera traumatic, yang disebabkan oleh Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan yang menyebabkan fraktur melintang.
Patofisiologi :
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al, 1993).

2.      Identifikasi tanda-tanda fraktur dan termasuk jenis apakah fraktur yang dialami oleh Tn A. dan apakah yang dilakukan untuk meyakinkan terjadinya fraktur pada Tn A?
·      Tanda-tanda fraktur
1.    nyeri tekan dan pembengkaan disekitar bagian fraktur –jika fraktur terbuka , ujung patahan tulang dapat terlihat dalam luka.
2.    deformitas ,dapat berupa :
a.     angulasi, tidak hanya disebabkan oleh kekerasan yang menyebabkan nya,tetapi juga oleh otot-otot ekstermitas yang menarik patahan tulang.
b.   pemendekan,tonus otot –otot ekstermitas menarik patahan tulang sehingga ujung patahan saling bertumpuk ,misalnya :otot-ototpaha yang menarik patahan tulang pada fraktur os femur.
c.    motilitas abnorma,tempat patah menjadi sendi palsu .bagian ini harus sesedikit mungkin digerakan karna dikawatirkan kalau terjadi kerusakan lebih lanjut pada jaringan lunak,misalnya pembulu darah dan saraf. 
3.    Gangguan fungsi. Ekstermitas tidak dapat digunakan.
4.    Krepitasi .rasa gemeretak ketika ujung tulang bergeser.
5.    False movement (gerakan yang tidak biasa)
6.    Hasil foto rontgen
·      Jenis fraktur femur dekstra :
a.       Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma, Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b.      Berdasarakan jenis fraktur termasuk fraktur tertutup, karena fraktur ini kulit tidak ditembus fragmen tulang sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
c.       Berdasarkan tingkatan fraktur, termasuk jenis grade I.



3.      Identifikasi kemungkinan diagnosa yang mungkin dapat muncul pada kasus dan rencana askepnya?
No.
Data pasien
Etiologi
Problem
1.
Ds: klien mengatakan paha kanannya terasa sangat nyeri.

Do: - klien tampak gelisah, mengerang dan kesakitan.
-    Hasil inspeksi  paha kanan tampak bengkak
-    Hasil foto rongent tampak patahan tulang paha dengan garis melintang.
-    TTV melihatkan TD: 140/80 mmHg, Nadi 102X/ menit, RR 28X/ menit, suhu 37,1 C.
Trauma jaringan dan reflek spasme otot sekuder terhadap fraktur.
Nyeri
2.
Ds: -

Do: Tn. A dilakukan pemasangan gift untuk mempertahankan posisi fraktur
Kerusakan neuromuskular akibat fraktur
Gangguan mobilitas fisik

No.
Masalah keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intrvensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan Trauma jaringan dan reflek spasme otot sekuder terhadap fraktur
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24jam, diharapakan rasa nyeri klien dapat berkurang.

Kriteria hasil :
1.      Rasa nyeri dapat berkurang.
2.      Pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasa tanpa rasa nyeri.
3.      Menunjukkan keteramoilan relaksasi dan aktifitas teraupetik sesuai indikasi atau situasi individu.
1.      Bina hubungan saling percaya




2.      Kaji  rasa nyeri pasien.

3.      Dorong menggunakan tehnik managemen nyeri, contoh relaksasi progresif, latian napas dalam, imajinasi visualisasi.

4.      Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebatan dan traksi.

Kolaborasi:
1.      Lakukan kompres dingin/es 24-28jam pertama dan sesuai keperluan.



2.      Kolaborasi dengan tim medis dan dokter dalam permberian anagesik sesuai indikasi.
1.         Terciptanya hubungan saling percaya anatara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
2.         Untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan pasien.
3.         Dengan mendorong pasien untuk menggunakan teknik managemen nyeri, diharapkan rasa nyeri pasien berkurang.

4.         Untuk mengurangi rasa nyeri dari proses penyembuhan pasien.



1.      Dengan dilakukan kompres dingin, diharapkan proses inflamasi yang terjadi pada area fraktur dapat berkurang.
2.      Analgesik digunaka untuk mengurangi rasa nyeri.
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular akibat fraktur.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24jam, diharapakan klien dapat beraktivitas kembali.

Kriteria hasil :
1.      Pasien mencapai tingkat mobilitas tertinggi (berpindah tempat dan beraktivitas).
2.      Pasien mempertahankan kekuatan otot.
3.      Pasien dapat melakukan aktivitas keseharian tanpa hambatan mobilitas fisik lainnya.
1.      Bina hubungan saling percaya







2.      Observasi aktivitas pasien.



3.      Lakukan latihan mobilitas fisik ROM untuk sendi.


4.      Miringkan dan atur posisi setiap 2 jam pada pasien ditempat tidur.

Kolaborasi:
5.      Kolaborasi dengan tim medis dan dokter dalam permberian ROM.
1.      Terciptanya hubungan saling percaya anatara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
2.      Untuk mengetahui mobilitas aktivitas  pasien.
3.      Untuk mencegah terjadinya kontraktur sendi dan atrofi otot.
4.      Tindakan ini untuk mencegah kerusakan kulit.


5.      Mambantu untuk proses kembali beraktivitas.



4.      Bagaimana penatalaksanaan medis yang harus dilakukan ?
Penatalaksanaan medis yang dilakukan :
·           Gips atau bebat :
Sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut. Pertahankan posisi netral sinitral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan tronkanter, papan kaki. Tugaskan petugas yang cukup untuk membalik pasien. Hindari menggunakan papan abduksi untuk membalik pasien dengan gips spika. Tahap terakhir, evaluasi pembebat ekstrimitas terhadap resolusi edema.
·           Traksi :
Pertahankan integritas atau posisi traksi, yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki, control dan periksa tali terhadap tegangan. Amankan dan tutup ikatan dengan plester perkat. Pertahankan control tidak terhambat dengan beban bebas menggantung, hindari mengangkat / menghilangkan berat. Bantu meletakkan beban dibawah roda tempat tidur bila diindikasikan. Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi. Kaji integritas alat fiksasi eksternal.
·           Kolaborasi : kaji ulang foto / evaluasi. Berikan/ pertahankan stimulate bila digunakan.
·         X.Ray , Rontgen.
·         Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
·         Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
·         CCT kalau banyak kerusakan otot.


5.      Identifikasi komplikasi-komplikasi apakah yang kemungkinan dapat terjadi ?
Komplikasi fraktur :
1.    Syok ,perdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur pada pendarahan ini dapat hebat sekali sehingga terjadi syok,misalnya pada fraktur pelvis atau femur.   
2.    Nekrosis avaskuler, fraktur dapat mengganggu aliran darah kesalah satu frakmen tersebut kemudian mati. Komplikasi ini sering terjadi pada fraktur caput femoris.
3.    Cedera vaskuler dan saraf . kedua organ ini dapat cidera akibat ujung patahan tulang yang tajam.kerusakan yang diakibatkan dapat menimbulkan iskemia ekstremitas dan gangguan saraf.
4.    Malunion . gerakan ujung patahan akibat imobilitas yang jelek dapat menyebabkan malunion . sebab –sebab lainnya adalah infeksi dan jaringan lunak yang terjepit diantara frakmen tulang. Ahirnya ujung patahan dapat saling teradaptasi dan membentuk ‘sendi palsu’ dengan sedikit gerakan ( non-union) .
Malunion diatasi dengan menghilangkan penyebabnya ,yaitu dengan imobilisasi yang benar . non-union diatasi dengan eksisi ujung patahan dan dilakukan fiksasi interna.pencangkokan tulang mungkin diperlukan .
5.    Borok akibat tekanan (“pressure sore”) . akibat gips atau bidai yang memberikan tekanan setempat sehingga terjadi nekrosis pada jaringan super fisial.
6.    Trauma syaraf
7.    Dapat timbul embolik lemak setelah patah tulang terutama tulang panjang


Daftar Pustaka:
Rendi, M. Clevo dan Margaret TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medical Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medica

Taylor, Cynthia. M.2010.  Diagnosa Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar