selamat datang ^^

surabaya, east java, Indonesia

Kamis, 11 Juli 2013

rom

STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2010-2011

Standar Operasional Prosedur
Pelatihan ROM (Range Of Motion)
                                                                                            


A.    Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma. Dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Atau juga dapat di definisikan sebagai jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.


B.    Tujuan
1.      Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
2.      Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.

C. Manfaat
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
D.    Jenis ROM
1.      ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
2.      ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).



E.    Indikasi
1.    Klien dengan tirah baring yang lama.
2.    Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
3.    Kelemahan otot.
4.    Fase rehabilitasi fisik.

F.     Kontra Indikasi
1.  Klien dengan fraktur.
2.  Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
3.  Trombus/emboli pada pembuluh darah.
4.  Kelainan sendi atau tulang.
5.  Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).

G.   Gerakan ROM PASIF

1.    Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b.    Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan.
c.    Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien.
d.   Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e.    Catat perubahan yang terjadi.


Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan


2.      Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya.
c.    Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekati bahu.
d.   Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
e.    Catat perubahan yang terjadi.
Gambar 2. Latihan fleksi dan ekstensi siku

  

3.      Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara :
a.    Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
c.    Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
d.   Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
g.    Kembalikan ke posisi semula.
h.    Catat perubahan yang terjadi.



Gambar 3. Latihan pronasi dan supinasi lengan bawah


4.      Pronasi Fleksi Bahu
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
c.    Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
d.   Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e.    Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu


5.      Abduksi dan Adduksi Bahu
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c.    Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
d.   Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).
e.    Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
f.     Kembalikan ke posisi semula.
g.    Catat perubahan yang terjadi.




Gambar 5. Latihan abduksi dan adduksi bahu


6.      Rotasi Bahu
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
c.     Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
d.   Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.
e.    Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
f.     Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas.
g.    Kembalikan lengan ke posisi semula.
h.    Catat perubahan yang terjadi.




Gambar 6. Latihan rotasi bahu

7.      Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kaki.
c.    Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d.   Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Catat perubahan yang terjadi


Gambar 7. Latihan fleksi ekstensi jari


8.      Infersi dan efersi kaki
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.
c.    Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
d.   Kembalikan ke posisi semula
e.    Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
f.     Kembalikan ke posisi semula.
g.     Catat perubahan yang terjadi




Gambar 8. Latihan infers efersi kaki


9.      Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
c.    Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
d.    Kembalikan ke posisi semula.
e.    Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f.     Catat perubahan yang terjadi.



Gambar 9. Latihan fleksi dan ekstensi kaki


10.  Fleksi dan Ekstensi lutut.
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain.
c.     Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d.   Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e.    Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f.     Kembali ke posisi semula.
g.     Catat perubahan yang terjadi.



Gambar 10. Latihan fleksi ekstensi lutut


11.     Rotasi pangkal paha
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut.
c.     Putar kaki menjauhi perawat.
d.   Putar kaki ke arah perawat.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Catat perubahan yang terjadi.





Gambar 11. Latihan potasi pangkal paha


12.     Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
c.    Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
d.   Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Catat perubahan yang terjadi.


Gambar 12. Abduksi adduksi pangkal paha

H.  GERAKAN ROM AKTIF
1.      Fleksi
2.      Ekstensi
3.      Hiperekstensi
4.      Rotasi
5.      Sirkumsisi
6.      Supinasi
7.      Pronasi
8.      Abduksi
9.      Adduksi
10.  Oposisi

I.     LATIHAN AKTIF ANGGOTA GERAK ATAS DAN BAWAH
a.      Latihan I
-          Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas.
-          Letakkan kedua tangan diatas kepala.
-          Kembalikan tangan ke posisi semula.
b.      Latihan II
-          Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat.
-          Kembalikan keposisi semula.

c.       Latihan III
-          Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas.
-          Kembalikan ke posisi semula.
d.      Latihan IV
-          Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.
-          Luruskan siku kemudian angkat ke atas.
-          Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
e.       Latihan V
-          Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat angkat ke atas dada.
-          Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.
f.       Latihan VI
-          Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan.
-          Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
g.      Latihan VII
-          Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.
-          Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki yang kontraktur.
-          Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.
h.      Latihan VIII
-          Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3cm.
-          Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi.
-          Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.
i.        Latihan IX
-          Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan tangan yang lain.
-          Dengan tangan yang lainnya penokong memegang oinggang pasien.
-          Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.
-          Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.


Kesimpulan


Menurut kelompok kami, bahwasanya postur tubuh (body alignmenti) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian, tendon, ligament dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.


DAFTAR PUSTAKA

·        Keperawatan0609.blogspot.com
·        www.infofisioterapi.com/info/definisi-Range-Of-Motion.html 
·        Levine, BD. Yoshimura, K et, al, Dexamethasone in the Treatment of Acute Mountain sincleress, The New England Journal of Medicine, vol 321.
No.25, Doc, 21 1989, pt. 1707-1713.
·        Reed, Charles E, Basic Mechanism of Asthma, Role of Inflanation; CHEST/94/1/July/1988, p 175-177
·        Santosa, Andy, et at; Aktivitas pada waktu Luang yang dilakukan secara Teratur, pada Seminar Nasional VIII Ikatan Ahli Ilmu Fai Indonesia (IAIFI); Surabaya; 1986.
·        Thibodeau, Gary A, An ilomy and Physiology, edisi I, Msby, 1987.


jurnal penelitian internasional- integumen

Adenosine Deaminase, Malondialdehyde,
Capacity Antioxidant Total Dan Eosinophil Protein Kationik Pada Pasien Eritoderma
Departments of Biochemistry and Medicine, Tikrit University College of Medicine, Tikrit, Iraq
Henny Enarotalis/101.0049/S1-3A
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2012-2013

Kesimpulan :
Aktivitas serum ADA dan kadar serum MDA, ECP dan TAC dapat digunakan untuk memprediksi respon penyakit terhadap pengobatan dan prognosis.
Psoriasis eritroderma bisa terjadi dalam kaitannya dengan penarikan sistemik atau topikal steroid, dan patogenesis yang belum jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deaminase Adenosine serum (ADA) eritroderma dan korelasinya dengan malondialdehid (MDA), kapasitas antioksidan total (TAC) dan eosinofil kationik protein (ECP).
Fenomena yang terjadi, sebanyak 26 pasien dengan eritroderma dirujuk ke klinik dermatologi di Tikrit Rumah Sakit Pendidikan dilibatkan dalam penelitian setelah memberikan informed consent. Penelitian ini disetujui oleh komite etika Tikrit University College of Medicine. Dua puluh lima sukarelawan sehat, tanpa klinis, laboratorium atau histologis bukti penyakit apapun, yang termasuk dalam penelitian sebagai kelompok kontrol. Sampel darah dikumpulkan dan dianalisis untuk serum ADA, MDA, TAC dan ECP pada saat dimasukkan dalam penelitian dan setelah lengkap perbaikan mengikuti program perawatan methotrexate.
Hasil penelitian ini, rata-rata [± SD] serum ADA aktivitas, MDA, dan ECP tingkat pada saat dimasukkan dalam Penelitian secara signifikan lebih tinggi daripada pengobatan metotreksat berikut dan kelompok kontrol.
Serum TAC pretreatment berarti nilai lebih rendah dibandingkan setelah pengobatan, dan kontrol kelompok. Tingkat ADA serum sebelum pengobatan secara signifikan berkorelasi positif dengan MDA serum, serum ECP dan gender. Selain itu, tingkat serum ADA secara signifikan berkorelasi negatif dengan kadar serum TAC. ESR secara signifikan berkorelasi dengan ADA, MDA, kadar serum ECP dan negatif dengan TAC.
Sekian, terimakasih.

   
Tugas integumen,
Jurnal penelitian internasional

                                                                                                ---^_^----

Jumat, 28 Juni 2013

LP Ca mamae beserta askep

LAPORAN PENDAHULUAN
Ca MAMAE

A.      Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati dan kulit (Erik T, 2005,hal:39-40). Apabila sel tersebut sudah mengalami malignasi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus-menerus membelah tanpa memerhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang ‘tumbuh baru’ tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen (Daniel gale 1996).

B.      Etiologi
Penyebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu ; virus, faktor lingkungan, faktor hormonal, dan familial ;
1.       Usia , resiko tinggi pada usia diatas 30 tahun
2.       Riwayat keluarga ,
3.       Riwayat menstrual,
4.       Riwayat kesehatan,
5.       Menikah tapi tidak melahirkan anak,
6.       Riwayat reproduksi ; melahirkan anak pertama diatas 35 tahun,
7.       Tidak menyusui,
8.       Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen,
9.       Terapi radiasi ; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen,
10.   Obesitas, life style,
11.   Pemicu dari psikis; stress hebat

C.      Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh.
 Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1.       Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2.       fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.

3.       fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.

4.       fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.

D.      Manifestasi klinis
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,   nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing,  penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Ca payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Ca payudara pada tahap lanjut.

E.       Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka.
Metastasis di parenkhim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesionyang multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastatis ini seperti pula mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion.
 Metastatis ketulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgenologis sebagai gambaran obteolitik/destruk, yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa fraktur kompresi.




1.       Metastatis melalui istem vena :
Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem vena, akan menyebabkan terjadinya metastatis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke vertebra secara langsung, melalui vena-vena kecil yang bermura ke v. interkostalis, dimana v. interkostalis ini akan bermuara ke dalam vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastatis tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena.

2.       Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem limfe :
Metastatis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar getah bening regional.
a.    Metastatis utama karsinoma mamma melalui limfe adalah ke kelenjar getah bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya kelenjar aksila inilah yang terkena.

b.   Metastatis ke kelenjar getah bening sentral (Central nodes) kelenjar getah bening sentral ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastatis. Menurut beberapa penyelidikan, hampir 90% metastatis kekelenjar aksila adalah kekelenjar getah bening sentral.

c.    Metastasis kekelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)

d.   Metastasis ke kelenjar getah bening sub klavikula

e.   Metastatsis kekelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ke kelenjar getah bening ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah bening aksila lainnya.

f.     Metastatsis kekelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastatsis ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini belum jelas. Bila metastatasis tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila akan mengenai payudara kontralateral lebih dulu.
Padahal pernah ditemukan kasus dengan Metastasis ke kelenjar aksila kontra lateral tanpa Metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus dibawah payudara kontralateral, melalui kolateral limfatik.

g.    Metastatsis kekelenjar getah bening supraklavikula
Bila Metastasis karsinoma mamma telah sampai kekelenjar getah bening subklavikula, ini berarti bahwa metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus yang terletak dekat pertemuan v. subklavikula dan v. jugularis interna. Bila sentinel nodes yang terletak disekitar grand central limftik terminus telah terkena metastasis, dapat terjadi statis aliran limfe, sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju kekelenjar getah bening supraklavikula, dan terjadi metastasis kekelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelenjar subklavikula secara langsung ke kelenjar subklavikula tanpa melalui sentinel nodes.

h.   Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna
Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering dari yang di duga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kwadran medial. Dan biasanya terjadi setelah Metastasis ke aksila.
i.       Metastasis ke hepar
Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi karsinoma mamma ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor terletak ditepi bagian bawah payudara. Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika superior. Bila terjadi Metastasis ke kelenjar preperikardial, akan terjadi stasis aliran limfe, dan terjadi aliran balik limfe ke hepar, dan terjadi metastasis ke hepar.

F.       Klasifikasi TNM Ca Mamae
1. Tumor primer (T)
a. Tx   : Tumor primer tidak dapat ditentukan

b.To   : Tidak terbukti adanya tumor primer

c. Tis   : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor
- kanker intraduktal atau lobuler insitu
- penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor

d.T1   : Tumor < 2 cm
- T1a : Tumor < 0,5 cm
- T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
- T1c : Tumor 1 – 2 cm

e.T2   : Tumor 2 – 5 cm

f.  T3   : Tumor diatas 5 cm

g. T4   : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak termasuk otot pektoralis
-    T4a             : Melekat pada dinding dada
-    T4b             : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah payudara yang sama
-    T4c             : T4a dan T4b     
-    T4d             : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)
a.    Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b.   N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c.    N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d.   N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e.   N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)
a.    Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b.   M0 : Tidak ada metastase jauh
c.    M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

G.     Penentuan Stadium Ca Mamae
a. Stadium 0         : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam payudara yang normal.
b. Stadium I          : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara.
c. Stadium IIa       : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
d. Stadium IIb      : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium IIIa     : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain.
f. Stadium IIIb      : tumor telah menyusup  keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau dinding dada.
g. Stadium IV       : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada.

H.     Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium :
a.    Morfologi sel darah
b.   Laju endap darah
c.    Tes faal hati
d.   Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e.   Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi

2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.

3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.




6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain

8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

I.        Penatalaksanaan
1.    Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).

b.Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.

c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila

d.Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila.

e.Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.

2.    Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.

b.Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)


KONSEP DASAR ASKEP

A.   PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh data sebagai berikut:

1.    Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).

2.    Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).

3.    Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.

4.    Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.

5.    Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.

6.    Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.

7.    Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara.
Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan).

8.    Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.


B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3.    Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4.    Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5.    Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6.    Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.

C.   INTERVENSI KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan ;
DS  : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
DO :
- Klien nampak meringis,
- Klien nampak sesak,
- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria :
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
- Nyeri tekan tidak ada
- Ekspresi wajah tenang
- Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a.       Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
b.      Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
c.        Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d.      Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
e.      Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu Ditandai dengan :
DS :
-    Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
-    Klien mengeluh badan terasa lemah.
-    Klien tidak mau banyak bergerak.
DO : klien tampak takut bergerak.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
-    Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
-    Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.
b.Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.

3.    Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh Ditandai dengan :
DS :
-    Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
-    Ekspresi wajah tampak murung.
-    Tidak mau melihat tubuhnya.
DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria :
-    Klien tampak tenang
-    Mau berpartisipasi dalam program terapi

Intervensi :
a.    Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
a.    Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.
b.   Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
d.   Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal.

4.    Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :
-    Klien jarang bicara dengan pasien lain
-    Klien nampak murung


Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria :
-    Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
-    Klien dapat menerima efek pembedahan

Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
b.Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
c. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
d.Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.


---------------------